Minggu, 31 Agustus 2014

Busana Daur Ulang Kertas #Adin



Sekedar bertulis-tulis tentang busana kertas yang aku buat sewaktu masih sekolah. Tugas dari Mr. Hand untuk ikut membuat sebuah karya untuk dipamerkan sebagai bagian dari penilaian adiwiyata sekolah hijau dan bersih. 

Berbekal uang yang diberi dari kesiswaan aku beli beberapa bahan seperti kain spanboon, glue gun, dan resleting. Serta setumpuk Koran yang aku dapat dari perpustakaan, kantor guru dan ruang TU. Pertama, aku serahkan kain dan resleting ke tukang jahit untuk dibikin kemben. Setelah kemben jadi Koran pun dilipat-lipat membentuk kipas lalu di lem di kemben yang sudah jadi tadi. Disarankan saat menempel Koran, kemben di pasang ke body mannequin supaya bentuknya tidak berubah.
Setelah kemben terlapisi Koran kemudian buat rok menggunakan Koran yang lebar lalu tempel di kemben yang bagian bawah. Kemudian tempel Koran-koran yang lebih kecil sebagai aksen di sekeliling rok.


Talent                : Langgeng            XII KBB
Dress                  : Langgeng Adinata Prayogo   XII KBB
Picture               : Firdian Sauki                XII ELIND

Kamis, 28 Agustus 2014

Hobi…Ku



Hobby
Hobiku banyak.. tapi yang dominan adalah di bidang seni.. sampai-sampai seni itu melekat dalam diri aku. Ternyata, mendiang Ayahku adalah seorang yang berkecimpung di bidang ini, tapi pekerjaanya sebagai kontraktor. Aku ga suka sport.. ga usah tanya kenapa aku ga suka sport..
Antara lain hobiku :
Aku suka GAMBAR.. dari kecil aku suka banget yang namanya corat-coret buku. Entah itu buku gambar, buku tulis, ataupun buku bacaan pelajaran. Selain gambar, aku juga suka menulis, entah cerpen, harian, pengalaman, atau apalah.. pokoknya nulis aja. Kadang, kalo lagi males keduanya, aku suka bikin sesuatu yang aku suka.. kaya kostum, busana cosplay, kerajinan tangan, berkebun, atau sekedar merapikan taman depan rumah.
Kalo lagi libur, aku suka hunting foto kemana-mana.. ke tempat yang aku sukai di Banyuwangi.. aku belum pernah hunting sampai keluar kota … alasan jauh dan untuk meminimalisir biaya. Banyuwangi aja, sudah luas dan banyak spot-spot yang cantik yang bisa diexplor..
Habis Photography, hobiku yang satu ini sangat meyenangkan dan bikin kenyang.. apalagi kalo ga makan atau ngemil.. makanan apapun yang halal dan enak, pasti aku makan.. tapi itu kalo diluar rumah.. kalo lagi didalam rumah kalo pas nonton tv atau sedang mainan gadget ya paling-paling senack atau kalo ga ya buah yg ada di deket rumah.
Kalo lagi boring di rumah, males ngapa-ngapain, aku sering keluar jalan-jalan.. kadang ke kampus internetan, kadang muter-muter ibukota.. ejoy aja.. Ya itulah sepenggal cerita tentang hobi aku yg mungkin ga penting.. aku hanya sekedar cerita doang.. maklum.. kurang kerjaan.. :D :D




Kamis, 21 Agustus 2014

Road Trip dari Banyuwangi ke Banyuwangi lagi



Kemarin pada minggu malam sekitar jam 10 gwe punya rencana mendadak dengan kawan ku Wahid. Berawal dari ingin menghadiri acara grand juri Jember Fashion Carnaval di Dynand Fariz Center tapi berubah menjadi sekedar berkeliling Jember dan Bondowoso.
Awalnya sih pengen hadir ke acara penjurian kostum JFC bersama Wahid di Jember yang kebetulan kakak gwe ikut jadi modelnya. Berangkat dari Banyuwangi sekitar jam 10 malam senin. Dari Banyuwangi Kota sampai Kota Genteng udaranya ga terlalu dingin baru nyampek sebelum Kalibaru keatas mulai terasa sejuk yang menusuk. Sempat berhenti di sebuah SPBU mengisi bahan bakar dan di sebelum masuk hutan Alas Gumitir beli tissue untuk mengelap kaca helm yang mengembun. Tidak lama kami sampai di Gunung Gumitir yang katanya angker itu. Kami melewati jalan yang berkelok-kelok dan sampai di perbatasan Banyuwangi yang ditandai sebuah monument penari gadrung yang tangan dan kepalanya menghadap keatas seakan posisi menyangga langit gumitir.
Sempat terasa takut dan ngeri melewati jalur gumitir yang begitu curam dan sempit, karena baru kali pertama aku lewat jalur itu dengan menyetir motor sendiri ditemani Wahid. Tiba di puncak jalan yang gelap tanpa lampu jalan bertambah gelap karena ada kabut yang turun. Kendaran pun memperlambat lajunya.
Sekitar 20 menit barulah kami sampai di gerbang Kabupaten Jember yang melintang di atas jalur. Gerbang kota yang sederhana yang tidak semegah gerbang Kota Banyuwangi yang penuh lampu dan diberi sebuah patung penyambutan yang dikelilingi taman yang asri.
Gwe yang agak kedinginan ngebut diatas kecepatan 90 km/jam menuju pusat kota Jember dan sempat berhenti di depan rumah warga untuk membersihkan mataku yang kelilipan. Melihat Wahid yang merokok dengan enaknya yang tidak menghiraukan sekilingnya yang sepi dan gelap. Rokoknya Wahid habis, kami pun melanjutkan perjalanan ke kota.
Setibanya di kota, kami bingung mau kemana, secara baru pertama kali bawa motor ke Jember yang biasanya ke Jember naik kereta atau bus. Kami pun ikuti penunjuk jalan menuju aloon-aloon kota. Ternyata masih ramai dan banyak anak-anak muda yang nongkrong sambil makan di kios makanan yang hanya tinggal dua yang masih buka. Tidak seramai aloon-aloon Blambangan di Banyuwangi Kota. Kami putuskan untuk nyari yang hangat-hangat diantara tongkrongan anak muda jember itu. Gwe pesan jahe hangat sedangkan Wahid susu jahe dan kentang goreng. Lumayan untuk menghangatkan badan yang sedikit beku dan sekedar mengganjal perut.
Agak lama dan malam yang sangat larut kami mulai beranjak menuju tempat tinggal saudaranya Wahid yang entah apa nama desanya. Sempat sebel sama Wahid yang lupa sama arah menuju rumah saudaranya, kami pun sampai tiga kali mengelilingi aloon-aloon kota. Desa lereng gunung yang sangat pelosok di tengah malam yang sepi di tengah dusun yang terletak diatas bukit yang dikelilingi kebun kami numpang tidur di rumah saudaranya Wahid yang ternyata neneknya. Gwe pun tidur walau dingin dan banyak nyamuk yang bergerumun, kututupi wajahku dengan saputangan supaya tidak digigit nyamuk.
Bilangnya sih sebelum tidur mau berangkat pagi sebelum subuh, eh ladalah matahari sudah terbit baru bangun. Cuci muka lalu manasin motor dan sarapan nasi dengan lauk jangan terong dan sambel gerang, hmm… enak lah pokoknya walau sederhana untuk situasi backpacker dadakan kaya gini. Kemudian gwe dan Wahid kembali ke kota dan menuju Dynand Fariz Center, walau ga tau dimana lokasinya kita tetap berangkat meskipun belum mandi.
Di tengah perjalanan sebelum masuk pusat kota kami berhenti sejenak untuk numpang mandi di SPBU. Setelah itu kita lanjutkan mecari dimana Dynand Fariz itu berada, kami pun tanya kebeberapa orang dan akhirnya ketemu. Sampai di lokasi grand juri JFC ternyata belum ada satupun orang, hanya petugas kebersihan yang sedang mempersiapkan gedung serta beberapa kostum yang teronggok di depan gedung Dynand Fariz Center.
Wahid yang pulsanya hampir habis gwe suruh menghubungi Mas Eddy dan ternyata masih dalam perjalanan dari Bondowoso menuju kesini dan ternyata penilaianya masih nanti siang. Alamat deh yang nanti siang gwe ada class meeting di DISPERINDAGTAM jam set. 2. Kami pun memutuskan untuk tidak menghadiri acara itu dan kembali ke banyuwangi secepatnya.
Berangkat dari Jember jam 8 pagi kami tidak lewat gumitir lagi, tapi lewat Bondowoso lalu Ijen. Gantian Wahid yang nyetir kami ikuti petunjuk jalan yang mengarah ke Bondowoso. Sempat dibikin pusing sama jalan kota Jember yang njelimet dan minim keterangan. Diawali melalui jalan UNEJ ke utara dan mengikuti petunjuk sampai di sebuah daerah, Wahid pun terus jalan dan tiba-tiba kami sampai di jalan sebelumnya yang sudah kami lewati yaitu jalan menuju kampus UNEJ. Apa hati ini ga marah-marah coba? Kami sekian jauh berkendara dan ternyata hanya muter di dalam kota.

Akhirnya kami tanya orang lagi dan kami lewat di jalan yang sama tapi menuju jurusan yang berbeda. Sampailah kita di tol dalam kota yang mengarah ke Bondowoso. Ngebut lagi deh menuju Kabupaten Bondowoso. Jalurnya yang lurus dan lumayan bagus enak untuk dilalui. Setelah berkedara yang lumayan melelahkan kami sampai di gerbang kota Bodowoso dan ternyata kalau mau menuju Ijen masih jauh dan harus melalui pusat kota dulu. Kini gwe lagi yang nyetir sambil mengikuti petunjuk jalan yang lumayan jelas dan tidak membingungkan seperti di Jember tadi. Tidak sengebut tadi kami on the way pulang ke Banyuwangi dengan perut yang mulai miskol-miskol. Akhirnya sampai di pom bensin terakhir untuk berhenti sejenak ke toilet dan ngisi BBM sampai full.
Lanjut lagi menuju Ijen memlalui jalan yang mulanya mulus berangsur berubah menjadi jalan yang penuh lubang dan berpasir. Tidak seperti jalur ke Ijen dari sisi Banyuwangi yang lumayan mulus. Motor metik gwe sampai kocak dan boros sekali, maklum lah, dari Jember sampai Bondowoso ga berhenti. Mungkin karena kepanasan motor gwe ngadat di tengah hutan belantara pegunungan Ijen di sisi Bondowoso, bbm yang mulai menipis walau baru diisi di pom terakhir dan di eceran tadi. Untung masih ada persediaan satu botol bensin di bagasi yang sengaja berbekal. 
Di tengah pemberhentian kami sempatkan bercanda di tengah jalan melepas lelah, tidak terasa waktu cepat berlalu. Kami pun melanjutkan perjalanan supaya nanti tidak telat menghadiri class meeting di Banyuwangi. Sekian jauh perjalanan menuju Ijen yang tidak sampai-sampai namun walau begitu pemandangan di sekeliling jalan keren-keren banget. Mulai pohon karet yang berbaris di kanan-kiri jalan, tebing, hutan, sampai batuan lava yang mengeras kami lewati. Sampailah kita di ijen café yaitu semacam rest area kecil diatas bukit. Kami sempatkan ketoilet dan memandang sekeliling yang view nya keren banget. Puncak-puncak bukit yang yang mungkin itu adalah puncak-puncak gunung, tebing yang curam dan jurang-jurang yang landai serta langit yang cerah membuat kami enggan meninggalkan tempat itu. Sumpah keren banget tapi sayang kami ga bawa kamera untuk mengabadikan sekitar itu.
Sudah hampir jam sebelas kami lanjutkan perjalanan. Tidak gwe sangka masih aja ada kampung dan perkebunan di atas gunung dan mungkin itu adalah kampung terakhir yang gwe lewati. Kasihan sama motor gwe yang tidak kuat naik tapi gwe paksa. Semakin dekat dengan paltuding kita disambut dengan gerbang yang menandakan kita sudah hampir sampai dengan jalur pendakian Ijen. Kami juga sempat melewati sungai yang airnya berwarna agak kekuningan yang mungkin itu air blerang.
Haduhh… sekian jauh akhirnya sampai di paltuding Ijen tapi kami tidak berhenti karena kami harus cepat sampai di Banyuwangi. Keluar dari jalur erek-erek kami disambut dengan kabut yang sangat tebal sehingga jarak pandang hanya mencapai 3 hingga 5 meter saja. Sangat berbahaya sekali untuk kami lanjut karena kabut yang membuat jalan menjadi licin dan udara yang sangat dingin.
Tapi, itu tidak mebuat kami takut untuk meluncur kebawah, walau dingin dan tangan mulai membeku dan gwe mulai kasihan sama Wahid yang hanya pakai celana pendek. Menahan dingin yang
menusuk dan jarak pandang yang terbatas gwe tetap meluncur dengan motor yang tetap menyala. Tidak lupa lampu utama dan lampu sen harus tetap hidup dan disetiap tikungan bel harus dibunyikan. Takutnya barangkali ada kendaraan dari arah berlawanan yang melintas dan kami tidak menyadari itu bisa sangat fatal, apalagi lokasi yang jauh dari rumah sakit. Aduh.. amit-amit deh…
Semakin turun, kabut semakin tipis tapi gerimis semakin deras. Kami meluncur dengan cepat dan sampailah kami di Desa Jambu lalu berhenti sejenak untuk mengisi bbm bekal kami tadi yang masih tersisa satu botol. Udaranya pun kembali hangat, dan kami tidak semengigil seperti di gunung tadi. Habis turun gunung dengan meluncur dengan cepat kami tiba di Pancoran tempat tinggal Ibu gwe, gwe sempatkan makan cemilan, minum dan cuci muka sejenak, abis itu ganti baju lalu lanjut ke DISPERINDAG dengan keadaan yang sangat capek.
Tiba di Disperindag ternyata class meetingnya sudah dimulai sejak tadi, gwe pun duduk di bagian belakang, namun belum pemilihan model. Setelah menunggu agak lama para designer dipanggil satu per satu guna memilih anggka di toples. Anggka itu merupakan nomor dari model yang nantinya akan memperagakan busana di event BBF. Dan akhirnya gwe memilih dan dapat model dari adik kelas gwe sendiri Rizky, ditambah siswi dari Songgon yang bernama Lely.
Sungguh hari yang sangat melelahkan hari itu. Perjalanan tanpa henti dari Banyuwangi ke Jember ke Bondowoso lalu ke Banyuwangi lagi. Petualangan sehari yang seru banget dan pengen gwe ulangi lagi dengan planning yang labih matang tentunya. Dan jangan lupa camera.

Jumat, 08 Agustus 2014

Dion Wiyoko daki Gunung Ijen



Dion Wiyoko daki Gunung Ijen

                Dion Wiyoko. Siapa sih yang ga tau Dion Wiyoko.. Dion Wiyoko adalah seorang actor dan model asal Surabaya yang hobinya traveling. Salah satu orang yang menginspiraku karena beberapa kesamaan hobi antaranya photography dan traveling. Sedikit banyak, aku meniru cara-caranya dalam pengambilan gambar dan selalu mengikuti tipsnya untuk melakukan sebuah touring.
                Pria yang akrab dipanggil Koko Dion ini dalam beberapa waktu lalu pernah melakukan touring menggunakan sekuter miliknya dari Ibukota Jakarta menuju Lombok. Katanya, dia lebih suka traveling menggunakan motor karena bisa berhenti dimana aja sambil mengambil foto-foto keren. Sempat mampir di beberapa kota salah satunya kotaku Banyuwangi. Koko Dion menyempatkan diri untuk mengunjungi beberapa tempat wisata di Banyuwangi antaranya Pulau Merah, Pantai Boom, Kawah Ijen, dan paling utara yaitu Watu Dodol, serta menyempatkan berjiarah ke makam ayahnya yang kebetulan dimakamkan di sini.
Puncak Ijen


 Blue Fire



 Dapur Magma
 
                Pria bertato ini sempat mengabadikan tempat-tempat yang ia kunjungi lalu menuggahnya ke instagram pribadinya. Satu hal yang tidak dilupakan sama Koko Dion yaitu kuliner khas Banyuwangi, katanya "Saya penggila kuliner terutama pecel rawon, semacam pecel yang dicampur dengan rawon dan lokasi jualan dekat dengan tempat tinggal saya." . Selain kuliner Koko juga sangat kagum dengan keindahan alam kota Banyuwangi yang katanya kota matahari terbit ini sampai ia rela mendaki puncak Ijen tengah malam untuk melihat blue fire serta menyaksikan sunrise di atas ketinggian Ijen. Dia bilang ini baru pertama kalinya pria yang lahir di Surabaya, 03 Mei 1985 ini mendaki gunung dan ternyata ketagihan untuk mendaki gunung lagi. Lalu di ulang tahunya yang ke 30 kemarin Dion mendaki puncak Rinjani.

 The Sunrise of Java
 

 The Sunrise of Java
 
***
                Actor keturunan tionghoa ini juga sempat merekam momen terbitnya matahari di atas pulau Bali dari salah satu pantai di Banyuwangi. Semoga Koko Dion tidak lupa dengan Banyuwangi dan mau mengunjungi Banyuwangi lagi. Pengen ketemu sih aku.. pengen Foto bareng :D atau diajak touring dari Indonesia Timur aku juga mau. Toh aku juga sama, suka road trip. 

 The Sunrise of Java
  

***
                Beberapa foto yang menunjukan bahwa Koko Dion sangat menikmati perjalananya yang diunggahnya di instagram miliknya.


 Pantai Watu Dodol
 

 Pantai Pulau Merah


 Pantai Pulau Merah


Pulau Merah


Pelabuhan Boom


Pantai Boom


 Pegunungan Ijen


 Pegunungan Ijen


 Matahari Terbit


Makam Ayah Dion Wiyoko


***