Banyuwangi
Batik Festival adalah event baru yang mempromosikan sekaligus meperkenalkan
produk asli Banyuwangi seperti makanan, dan kerajinan terutama batik khas Banyuwangi
yang diikuti dari seluruh IKM batik Banyuwangi, pengusaha kerajinan, industry fashion,
dan pengusaha kuliner di Banyuwangi. Event ini baru kali kedua diselenggarakan
yang dikoordinir langsung oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pertambangan
Kabupaten Banyuwangi tanpa mengunakan EO sama sekali. Walaupun masih baru tapi
event ini sudah sangat sukses menyedot perhatian seluruh masyarakat Indonesia
serta dunia. Terbukti dari berbagai media di Indonesia yang memperbincangkan
serta tamu yang datang dalam acara ini. Banyuwangi Batik Festival atau disingkat BFF untuk tahun ini
mengangkat tema Kangkung setingkes dengan philosophy mengikat tali
persaudaraan.
Dalam
acara ini sebulan sebelumnya Disperindagtam Banyuwangi menggelar berbagai lomba
yang dikhususkan untuk masyarakat Banyuwangi. Adapun lombanya yaitu lomba
mendisain motif batik, lomba mendisain
busana batik, dan lomba modeling yang diikuti oleh pelajar dan pengusaha batik
di Banyuwangi. Kebetulan aku ikut lomba mendisain busana batiknya.
Semalam
tepatnya tanggal 20 September 2014 adalah puncak malam peragaan busana dari
designer-designer peserta lomba dan designer professional asal Glenmore yang
sukses di Bali tapi aku ga tau namanya siapa. Acara dimulai dengan tari pembukaan jejer gandrung dan dimeriahkan
oleh penampilan penyanyi local Banyuwangi dilanjutkan sambutan sang Bupati
terfenomenal Abdullah Azwar Anas. Setelah penyambutan, peragaan busana Makot dari Industri Kecil Menegah Batik
di Banyuwangi disusul karya dari designer-designer muda Banyuwangi yang diperagakan oleh model-model peserta
lomba modeling pun dimulai. Dibuka dengan aksi runway dari model anak-anak
dilanjutkan model remaja dan umum. Setelah peragaan busana perserta lomba
dilanjutkan peragaan busana dari designer asal Glenmore dan Rumah Batik Nyonda Indo dari
Yogyakarta. Tidak ketinggalan juga Pak Bupati beserta Ibu ikut memamerkan
busana batiknya dan bercatwalk seperti model. Dan terakhir dimeriahkan beberapa
artis nasional yaitu Yuni Sarah dan Ayu Ashari beserta putra putrinya.
Yang peling berkesan pada malam itu adalah pada saat pengumuman para pemenang lomba design busana dan Alhamdulillah aku terpilih sebagai juara 3 design busana pesta pria. Pada kompetisi ini aku sebagai designer pemula yang sangat miskin ilmu dan masih butuh belajar banyak ini mengeluarkan dua outfit saja pada kategori busana pesta laki-laki dan perempuan. Sayangnya yang perempuan tidak dapat juara. Tapi tidak apa-apa karena sudah cukup salah satu karyaku medapat apresiasi.
Yang peling berkesan pada malam itu adalah pada saat pengumuman para pemenang lomba design busana dan Alhamdulillah aku terpilih sebagai juara 3 design busana pesta pria. Pada kompetisi ini aku sebagai designer pemula yang sangat miskin ilmu dan masih butuh belajar banyak ini mengeluarkan dua outfit saja pada kategori busana pesta laki-laki dan perempuan. Sayangnya yang perempuan tidak dapat juara. Tapi tidak apa-apa karena sudah cukup salah satu karyaku medapat apresiasi.
Bahagia kurasakan bisa naik keatas stage
disaksikan orang-orang besar dan media. Semoga ini menjadi awal semangatku di industry
fashion yang sangat aku cintai. Terimakasihku kepada seluruh orang yang
terlibat membantuku mewujudkan busana rancanganku. Sahabat-sahabat baiku yang
setia mengantarku kemana-mana, penjahit yang rela aku suruh-suruh sampai
lembur, Tante Erma dan Om Firman “Godho Batik” yang menyediakan kain batik
untuku, serta orang tua yang selalu mendukungku dan iklas mendo’akanku. Tidak
lupa pula pada model busanaku yang ikut aku repotkan. Aku cinta kalian semua… Seperti
philosophy dari batik kangkung setingkes semoga kita selalu dalam tingkesan
seduluran hang sengono pedhote.
Pada hari sebelumnya diadakan Fashion Batik on Pedestrin Blambangn
**************************************************************************************
Pada tahun ini BBF digelar kembali dengan mengusung tema Batik Kangkung Setingkes, dalam acara ini disperindagtam BWi mengadakan lomba design motif batik, lomba design busana batik, dan modeling. Aku ingin ikut di lomba design busananya, pengenya sih ikut di lomba design motif batik juga, tapi cukup satu aja yang diikuti supaya lebih focus.
Pada
awal Agustus kemarin aku mendaftarkan diri bersama keempat sahabatku Wahid,
Gega, Nisrina, dan Iqbal mereka mengikuti lomba modelingnya dan hanya aku yang
mengikuti lomba design. Pada tanggal 11 Agustus 2014 audisi peserta lomba
modeling dilaksanakan di hall Disperidagtam. Iqbal dan Nisrina yang aku
gadang-gadang sebagai model yang akan memperagakan busana rancanganku tidak
bisa hadir karena ada halangan. Nisrina di rumahnya ada aqiqahan sedangkan
Iqbal ke Jember persiapan kuliah. Sedikit kecewa dan bingung siapa nanti yang
akan peragakan bajuku. Akhirnya yang ikut audisi hanya Gega dan Wahid saja. Tapi
saat tiba disana ternyata adik kelas ku SMKN 1 Glagah banyak yang ikutan
antaranya Rizky Arief putra guru matematikaku, Gusti Pranowo Aji, Andy Wirananta,
Olip, Fitry, Hendiki, Merry, dan siapa lagi aku ga tau namanya.
Dari
sekian banyaknya yang ikut mewakili sekolah yang lolos hanya satu orang yaitu
Rizky. Hanya dia harapan satu-satunya untuk sekolahku yang jadi model. Keesokan
harinya kami semua para peserta lomba mengikuti technical meeting dan
pengundian model. Saat itu aku mendapatkan model yang bernama Lely dari SMAN 1
Rogojampi https://www.facebook.com/lely.aprilliani dan Dhyke dari SMKN 1 Banyuwangi https://www.facebook.com/dhykerifqiaufar.zulhazmi?fref=ts tapi yang cowok aku tukar dengan
Rizky https://www.facebook.com/raoldd.brotherr adik kelasku yang sudah terpilih terlebih dulu oleh IKM Sayu Wiwit dengan
maksud sih supaya lebih gampang aja nanti koordinasinya. Kalo adik kelas
sendiri kan bisa sering ketemu dan gampang kalo mau ngukur badan.
Setelah
itu aku pun memesan batik ke Tante Erma ibunya Risky Esa teman ku satu jurusan,
dengan motif yang aku pola terlebih dulu supaya nanti mudah menjahitnya. Sebenernya
sih aku ikut lomba ini tidak punya modal sama sekali. Jujur, aku baru keterima
kerja di Pelangi Sari Group dan di tempatkan di Istana Gandrung dan malemnya
aku ikut mbakku jualan martabak. Yang ada di otakku bagaimana caranya aku bayar
semua pesananku dan ongkos jahitnya sedangkan aku belum pegang uang sepeserpun.
Dengan
modal nekat aku ingin menggadaikan laptopku ke pegadaian dianter sama Nindha
sahabat baiku. Tapi karena laptopku baterainya rusak, pegadaian tidak mau
menerima. Tambah bingung deh, tapi bagaimanapun juga aku harus tetap ikut dalam
lomba ini dan tidak mengecewakan model yang sudah aku pilih. Sedangkan aku
tidak mau minta uang sama Ibu. Aku harus mandiri sekarang seperti janji dan
prinsipku.
Sudah
satu minggu waktu berlalu, batiku aku cek ke Godho Batik ternyata belum di sket
sama sekali aku tanya kenapa belum dikerjakan tante? Karena tante masih bingung
dengan pola yang aku kasih. Untuk yang kedua kalinya aku jelaskan lagi ke tante
bagaimana polaku itu. Nunggu lagi seminggu kemudian dan batiknya belum selesai lagi
karena Godho Batik masih banyak pesanan. Nunggu lagi sampai bulan Agustus habis
dan tepatnya awal September aku lupa tanggal berapa batik itu selesai. Tapi hasilnya
tidak sesuai dengan yang sudah aku pola serta warnanya yang tidak tepat seperti
yang aku inginkan. Tapi bagaimanapun juga aku harus ambil itu dan aku ga enak
sama tante dan om yang sudah aku repotkan.
Akhirnya
aku bawa saja dan aku terus terang sama tante kalo aku masih belum bisa bayar
batiknya, dengan senyuman tante bilang tidak apa-apa yang penting kamu mau maju
aja tante sudah seneng banget, apalagi kamu pake produk dari tante. Huuhh… lega
sekaligus tenang aku.. tapi aku bingung dengan batik yang ga sesuai ini. Timbulah
ide aku untuk menukar batik baruku dengan batik klasik milik nenekku. Syukur karena
nenek mau aku tukar batiknya. Ya, mau gimana lagi orang aku sudah beli bahan
yang lain dengan warna putih dan hitam karena tema busanaku hitam putih,
sedangkan batiknya warnanya kaya coklat tapi bukan coklat. Jadi ga mecing aja
dengan bahan yang lain, daripada aku harus beli lagi.
Lalu
aku bawalah bahan busana wanita itu ke tukang jahit langgananku yang ada di
Kemiren. Alvian Tailor namanya. Aku serahkan bahan serta design busanaku dan mereka
menyanggupinya. Minggu pertama September habis aku cek gaunku dan seperti apa
perkembanganya, ternyata belum dikerjakan sama sekali, aku pun nunggu lagi. Disela-sela
aku menunggu kuambil batik pesananku yang untuk busana prianya di Godho Batik. Setelah
melihat hasilnya aku sedikit ga puas sih, karena ada beberapa bagian yang lupa
dikerjakan karena mungkin mereka kewalahan jadi lupa sama kata-kataku. Tapi om
Firman bilang kalo ga diambil ga apa-apa ambil yang sudah jadi aja di rumah
tinggal pilih. Tanpa basa-basi lagi aku menluncur ke rumanya om Firman yang
berjarak kira-kira 200 m dari tempat produksi batik. Disana ada tante Erma dan
aku ambil batik yang sudah jadi dengan warna putih kombinasi pink bermotif
kangkung setingkes yang sudah dimodifikasi.
Aku
bawalah ke tukang jahit tapi bukan yang ada di Kemiren sebelumnya melainkan ke
Olehsari karena aku pikir yang di Kemiren sudah banyak pesanan ditambah lagi
punyaku malah ga selesai-selesai lagi. Di Olehsari juga hasil jahitnya lebih rapi
dan bagus serta cepat pengerjaanya. Aku kasih designnya serta aku jelaskan di
beberapa bagian. Sorenya aku ajak Rizky kesana untuk diukur badanya. Kalo pria
memang harus pas dengan ukuran badanya serta harus lebih teliti sedangkan
wanita bisa menyesuaikan pas fitting nanti.
Sesudah
ke tukang jahit Olehsari aku lanjutkan ke Kemiren untuk melihat hasil busanaku.
Kecewa besar aku karena gaunku hanya selesai kambenya saja. Aku bingung gaunku
ga jadi-jadi sedangkan waktunya sudah tinggal beberapa hari lagi. Aku putuskan
untuk aku ambil saja bahan-bahan yang belum diapa-apakan itu serta kamben yang
sudah jadi tadi lalu aku pindah ke tukang jahit yang ada di Pancoran
Banjarsari.
Aku
kerjakan gaun pesta itu dengan waktu yang hanya kurang tiga hari lagi. Aku lembur
bersama tukang jahit itu ditemani nenek biar ga sepi. Sehari sebelum
pengumpulan Lely sebagai model aku suruh datang untuk mencobanya. Malemnya aku
ambil busana priaku di Olehsari dan hasilnya sesuai banget dengan apa yang saya
design. Ya,.. puaslah dengan hasilnya yang rapi dan pas ke tubuhnya Rizky.
Malam
kamis aku sms bu Ike aku Tanya besok pengumpulanya jam berapa. Bu Ike menjawab
pengumpulan busananya diundur sampai hari sambtu tanggal 13 september kemudian
hari minggunya penilaian. Alhamdulillah datelinenya dipending jadi aku masih
bisa melanjutkan gaunku yang belum jadi. Tapi tukang jahitku sakit setelah aku
ajak lembur kemarin, maklumlah sudah sepuh sedangkan mesin jahitnya masih pake
mesin jahit kayuh, jadi mungkin kecapean. Aku pun melanjutkan pengerjaan
busanaku dengan jahit tangan. Aku pasang payet dan beberapa bagian yang belum
selesai.
Karena
aku menjahitnya pake tangan jadi pengerjaanya jadi lama dan makan waktu. Keesokan
harinya aku ngebut memasang payet untuk gaunnya sampai siang baru rampung. Setelah
itu aku kemas rapi dan aku bawa ke disperidagtam BWi bersama Nindha. Sampai di
lokasi keadaan disana sudah sepi tanpa seorangpun, hanya tukang kebun yang
sedang mencabuti rumput. Aku tanya ke orang itu ternyata sudah selesain
pengumpulanya. Aku takut sekali kalo aku ga bisa ikut lomba karena aku telat
ngumpulin busananya. Lalu aku sms Bu Ike selaku panitia lomba ternyata masih
ada kesempatan besok pagi sebelum jam setengah sembilan pagi.
Pagi
itu aku jemput terlebih dulu Nindha lalu aku kembali ke rumah untuk ngambil
barang-barangnya. Setibanya di lokasi penilaian aku bertemu dengan
digner-designer lain yang hasil karyanya sangat bagus-bagus. Sempat berkecil
hati dan takut untuk mengeluarkan busanaku. Setelah tante Erma tiba besera om
Firman aku ikutan mengeluarkan busanaku lalu dipakaikan ke mannequin untuk
disiapkan di tempat penjurian.
Sempat
takut kalo karyaku dikritik sama dewan juri karena jahitanya yang jelek untuk
gaunya kalo yang cowok dengan motif yang bukan kangkung setingkes asli. Setelah
penjurian selesai aku difoto olah wartawan dengan karyaku. Kemudian aku pun
pulang dan melanjutkan mengerjakan gaunku yang belum selesai 100% selama menunggu
tanggal 20 datang.
Singkat
cerita, hari jum’at tanggal 19 September 2014 para model melakukan gladi bersih
di Gesibu yang sudah diberi Catwalk dan dekorasi ala fashion week. Aku yang
baru datang terlambat sangat terkejut dengan semua itu karena memang sangat
beda sekali dengan tahun kemarin. Melihat model yang sedang GR aku sedikit
gugup karena takut besok gaunku ada yang copotlah, ada insiden apalah, pokoknya
khawatir aja.
Hari
selanjutnya datang, aku mulai prepare semua barang-barangku untuk dibawa ke
lokasi. Yang paling banyak sih propertinya si Lely yang memang busana cewek
super ribet. Kalo bajunya si Rizky sudah dibawa sejak dua hari lalu dan itu
sangat membantu supaya aku tidak wara-wiri kesana kesini ngantarkan
perlengkapan. Tepat jam 4 sore kedua modelku mulai makeup di tempatnya
masing-masing. Risky yang makeupnya selesai duluan sudah nyampek di lokasi
lebih dulu. sedangkan lely yang masih masang sanggul masih berada di kostan
temenya. Waktunya sudah hapir dimulai kami masih prepare di kostan. Akhirnya kami
ga jadi memesan taxi untuk menuju ke lokasi show melainkan naik motor saja. Apa
jadinya kalo naik taxi pasti sudah terjebak macet di pecinan. Kami ngebut
karena kami sudah terlambat gara-gara kelamaan persiapanya.
Pada
saat di lokasi, kami masih harus prepare lagi di sebelah kamar mandi gedung
seni budaya. Kemudian masuk kedalam backstage lalu aku bertemu sama semua artist
yang akan perform nantinya. Ada artist local, kurang kaget sih sama artist local
karena sudah sering ketemu. Ada model-model dari Yogya yang super keren dan
cantik-cantik, ada bule juga. Barulah setelah itu aku ketemu sama modelku yang
satunya yaitu Rizky. Dia tampak gagah dengan balutan blazer batik dengan celana dan
sepatu putih. Ada yang beda dengan gaya rambutnya yang baru dipotong,
lebih cute dengan riasan wajahnya.
Setelah
itu aku pun kembali kedepan lalu duduk di VIP bersama para anak pejabat,
designer, dan orang-orang penting lainya. Sedikit risih dilihatin orang ketika
aku duduk di situ. Aku berpikir apa ada yang kurang dengan penampilanku. Batik Banyuwangi
sudah, celana sudah, sepatu sudah, rambut sudah rapi, ditambah lagi aku pake
selendang dari tenun asli Blambangan yang klasik dan antik. Atau karena aku telat
ya..?? mboh wes lah.. emang aku pikirin, yang penting bisa duduk di depan
menyaksikan performance model-model kece.
Dibuka
dengan penampilan model anak-anak yang memperagakan busana batik dari semua
peserta designer. Kelihatan lucu dan imut-imut seperti pingin nyubit. Dilanjutkan
model remaja kata hostnya aku sedikit gugup waktu itu nunggu model bajuku
keluar. Kaget karena Lely menjadi yang pertama keluar memakai gaunku. Runway diatas
catwalk dia tampak cantik dan anggun, dengan gaun panjang yang tertiup angin. Sungguh
cantik wanita Indonesia. Tanganku gemeteran saat itu tapi mata terus tertuju
padanya. Kemudian model-model yang lain keluar memakai gaun-gaun pesta hasil
rancangan lare-lare osing. Model wanitanya habis, dilanjutkan model prianya kebetulan
Rizky tampil yang kedua, aku tunggu dia muncul diantara layar LCD yang sangat
besar itu. setelah model pria pertama masuk, munculah Rizky yang super kece
dengan blazer batik pink. Cocok sekali dengan warna kulit dan postur tubuhnya
yang tegap. Tapi ada yang aneh dimataku, yaitu lipstick nya Rizky yang terlalu nampak
merah kektika disorot lampu, harusnya pakai yang warna yang lebih natural saja
seperti oranye.
Over
all, kedua sahabatku itu perform sangat keren sekali. Disaksikan ribuan pasang
mata di tribun undangan, ada juga yang berdiri. Disaksikan oleh Bupati serta
artist nasional, Puteri Indonesia dan D’signer tenama, juga media yang merekam
lenggak-lenggok mereka. Kebayang kalo aku yang jadi mereka, gimana ya rasanya? Tapi
sudah cocok aku di belakang layar, tidak usah lah kedepan, wong aku isinan..
Habis
itu lanjut ke pergaan busana yang umum, di dominasi dengan busana kerja wanita.
Aku tinggal saja ke backstage untuk menemui mereka. Aku kasih selamat ke mereka
karena sudah sukses tapil secara maksimal. Sampai tibalah pengumuman para
pemenang lomba, dan namaku dipaggil sebagai juara 3 kategori busana pesta pria.
Terkejut sih, gugup juga karena disuruh naik keatas panggung disaksikan orang
banyak. Nerima piala berbentuk seperti ujung tombak yang didalamnya ada motif
batik kangkung setingkes. Seneng sekali tau… terbesit di pikiranku, yang
modalnya ga sebanyak baju wanitanya malah menang, yang modalnya habis banyak,
malah ga menang. Tapi ga peduli yang penting dapat juara apapun itu. Dari
situ, aku semakin cinta sama dunia fashion, tapi cenderung ke ethnic Indonesia
sih. Tapi dikolaborasi sama busana masa kini yang modern dan simple.
Sedikit
deskripsi tentang busana rancanganku yang dipakai sama mereka berdua. Mulai dari
yang cowok, sebenarnya d’sign yang cowok ini dadakan ketika aku baru dapat kain
itu dari tante Erma 7 hari sebelum penjurian. Jadi aku bingung mau aku apain
kain itu, lalu browsinglah aku di internet cari busana pesta yang gaul masa
kini. Munculah busana pesta pengantin, jas, blazer korea, dan lain-lain. Dari situ aku dapat
ide supaya aku padukan model jas Ir. Soekarno yang banyak pangkatnya dengan
blazer korea yang keren. Ditambah aksen kancing yang banyak. Akhirnya hasilnya
lumayan bagus dan pas dipakai Risky yang kebetulan warna kulitnya putih jadi
cocok sama warnya kainya yang dominan pink dan putih.
Kemudian
yang cewek, ribet sih untuk menjelaskan yang cewek ini konsepnya apa, ada yang
bilang pesta koktel. Tapi aku ga tau lah apa yang aku buat itu tipe gaun pesta
apa yang penting aku d’sign dan hasilnya sesuai d’sign gitu aja. Karena kain
yang aku dapat dari tante Erma ga aku pake, jadi aku tuker sama batik klasik
milik nenekku ditambah sarung batik punyaku. Kain batik nenekku yang 2 lembar
habis semua untuk dijadikan rok, jadi rok sepanjang itu habis dua lembar kain
batik. Untuk kamben menggunakan sarungku yang bercorak sembruk cacing ditambah
aksen payet warna hitam dan gold. Dikasih juga lengan kain yang hanya sebelah
supaya tidak kosong dan memberi kesan ramai. Supaya tidak terkesan gelap karena
batiknya yang klasik dominan warna hitam, dipakailah tile putih untuk mengisi
bagian dalam rok serta permata di bagian-bagian tertentu agar terlihat
bercahaya.
Mboh
weslah,,,… poko’e yoiku tah wes hasile….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar