Sungguh hal yang membanggakan saat itu, sekaligus hal yang
membahagiakan untukku. Sekali lagi kutulis kisahku masih ketika aku di sekolah.
Bersama sahabat-sahabatku di kelas xii KBB, sebuah karya yang merubah pandangan
terhadap siswa KBB. Yang dari dulu biasanya hanya bikin kenalakalan tapi sekarang
dibalik kenakalan itu ada sebagian dari kami yang mampu membangun presatasi.

Mungkin aku tidak sepandai teman-temanku saat di kelas bahkan
aku cenderung tidak memperhatikan. Tapi kalo masalah berkretifitas aku yang
duluan maju dan bahkan mewakili kelasku. Saat itu ada pengumuman di mading
informasi tentang kompetisi 3D Wall Magazine bersama Hilo Teen di Surabaya
bertema green technology dan aku ingin ikutan tapi harus punya team menurut
persyaratanya. Teamnya pun tidak banyak, minimal dua orang dan maksimal 5
orang. Aku pun percaya diri untuk ikutan bersama sahabat baikku Arif Hidayat,
karena aku pikir aku mampu menulis berita dan membuat karya tiga dimensi serta
Arif yang tekun dan pintar bisa berkolaborasi menjadi team yang solid.

Sebelum mengikuti lomba ke Surabaya, mading-mading para
peserta akan di lombakan terlebih dahulu di dalam sekolah lalu mading 3D yang
terbaik akan dijadikan perwakilan sekolah dan kota untuk dikirim ke Surabaya
begitu informasi dari Bu Lina. Bu Lina adalah guru mata pelajaran IPA yang
merangkap sebagai staf kesiswaan serta Pembina Taruna Hijau di sekolahku. Aku
berpikir, mengejar target juara jangan hanya di sekolah dan di dalam kota doang,
tapi juga harus juara di provinsi. Target itulah yang aku pegang dan terus
mematangkan konsep dengan kawanku.

Bermula dari bahan-bahan yang tidak banyak tadi kami mulai membuat rangka atau dasaran mading yang nanti akan dijadikan sebagai tempat meletakan miniature bangunan serta benda-benda pendukung lainya. Kayu-kayu bekas reng dan papan-papan serta triplek bekas karnaval kami pola, terus dipotong dan dipaku membentuk seperti kontur tanah yang miring serta cekungan untuk membuat sungai. Kami membuat kerangka itu hanya berdua saja bermodalkan ketekunan saja serta doa disetiap kami bekerja. Kami membuat mading setelah pulang sekolah sekitar jam setengah dua itupun hanya di hari senin, kamis, dan jum’at kalau di blok teori, kalau di blok praktik kami kerjakan hampir setiap hari.
Kadang aku bunyikan music supaya tidak jenuh dan sesekali kami membicarakan hal-hal yang lucu, sering juga kami berdebat karena beda pendapat tapi bisa diselesaikan dan diambil jalan tengahnya. Kami merangkai sedikit demi sedikit dan terus mencari bahan di lokasi-lokasi tadi untuk meminimkan biaya. Karena biaya hanya diutamakan untuk membeli lem G, lem tembak, karton, cat semprot, ngeprint, dan tumbuhan palsu. Kami kumpulkan uang sedikit dari uang saku kami untuk membiayai proyek ini.
Waktu penilaian di sekolah pun tinggal 2 minggu. Aku dan Arif
takut tidak bisa menyelesaikan mading ini, aku lihat kelas yang lain sudah
banyak yang hampir selesai sedangkan kami masih berupa kerangka dan satu gedung. Kerangkanya masih belum
ditutup semua dan gedung-gedung yang lain masih belum dibuat.
Kami putuskan untuk menambah personil di team kami. Kami
mencari di kelas siapa saja yang mau membantu kami untuk menyelesaikan mading
ini sesuai konsep dan tepat waktu. Lalu ikutlah kedua temanku yaitu Bahrul dan
Safa’at, walau saat pertama merekan ikut membuat mereka tidak tau apa yang
harus mereka lakukan tapi dibawah bimbingan kami mereka mengerti dan kami
saling membagi tugas. Aku mengambil tugas membuat gedung-gedung dari karton serta
menata kota dan juga membuat isi mading yang aku dapat di internet. Arif bagian
membuat konstruksi gedung dan jembatan menggunakan bahan lidi dan stick dibantu
Bahrul. Sedangkan Safa’at membantu membuat jalan dari karpet dan bagian keluar
untuk membeli bahan. Tambah personil tambah juga uang iuranya, kami sama sekali
tidak mebatasi harus berapa uang iuranya, yang penting iklas dan madingya
selesai sesuai jadwal.
Di tengah asiknya kami berempat mebuat mading, ada suatu
musibah yang kami alami. Bahan-bahan hasil kami mencari di tempat pembuangan
sampah, tempat rongsokan berupa kemasan hilo teen hilang dicuri orang. Tak
hanya itu saja bahan yang lain pun ikut hilang degan peralatanya. Kami
meletakan bahan itu di panggung Aula karena memang di situ tempat kami membuat.
Kami pikir karena Aula kalau malam hari dikunci maka aman untuk barang-barang
kami taruh disitu. Eh ternyata lain, kami pun bingung mau mencari bahan dari
mana lagi sedangkan waktunya hampir habis. Kami sudah mencari bahan-bahan yang
hilang itu kemana-mana sampai ke tempat pembuangan sampah belakang sekolah
tetap tidak ada. Kami tanya kepada tukang bersih-bersih pun juga tidak ada yang
tahu. Sempat takut mading ini tidak selesai dan tidak bisa ikut lomba.
Bayanganku mading ini akan jadi mading yang sangat beda dari
kelas yang lain serta ukuranya yang paling besar. Kami membuatnya pun berusaha
diperdatail untuk memberikan kesan hidup. Tapi di beberapa sisi masih belum
selesai dan masih banyak tempat yang belum dilapisi kemasan hilo. Sedih dan
marah karena bahan yang sudah susah payah kami cari hilang begitu saja.
Masih ada kesempatan beberapa hari untuk mengebut
mengerjakanya. Ditambahlah lagi team kami menjadi genap 5 orang sesuai dengan
batas maksimal persyaratanya. Namun anggota team kami yang baru ini tidak bisa
sering hadir karena harus menyelesaikan tugasnya di rumah. Namun dengan baiknya
anggota baru ini (Alfin) memberikan iyuran yang lebih sebagai gantinya.
Alhamdulillah.. bisa dipakai untuk beli susu meskipun yang ukuran kecil dan
juga bahan yang lainya.
Akhirnya mading kami selesai pada malam sebelum penilaianya
esok hari. Walaupun kemasan hilonya sangat sedikit sekali dibanding mading team
yang lain. Tapi dari segi desain dan isi mading kami lah yang paling bagus
menurut aku. :D
Saat penilaian, mading kami yang banyak dilihat dan diambil
gambarnya oleh team juri dari Surabaya dan mendapatkan banyak sanjungan. Tapi
ada juga yang kasih kritik dan masukan untuk karya kami itu. Hari senin setelah
Upacara diumumkan siapa yang menjadi juara dan mewakili sekolah ke Surabaya dan
tentu saja kami yang memperoleh nilai terbaik. Sudah aku duga sebelumnya. Dari
situ kami berlima mendapat tropi dan uang pembinaan dari sekolah serta
bingkisan dari team juri Hilo.
Kami juga dibantu dana untuk memperbaiki mading kami supaya
lebih bagus lagi dan dibantu dari kepala progam berupa kemasan susu hilo yang
sangat banyak setelah kami cerita kenapa kemasanya hanya sedikit yang ditempel.
Ternyata semua guru Teknik Bangunan iyuran untuk membeli susu Hilo Teen dan
kemasanya dikasihkan ke kami. Sungguh bahagia dan menambah semangat kami untuk
meraih juara di provinsi. Mewakili jurusanku Teknik Bangunan, Sekolahku SMKN 1
Glagah dan Kotaku Banyuwangi.
Karena pengiriman ke Surabaya masih lama madingnya pun hanya
dipamerkan di Aula bersama mading-mading yang lain. Kebetulan di Banyuwangi ada
event pekan kreativitas siswa yang diadakan oleh Radar Banyuwangi di
Universitas 17 Agustus 1945. Pekan kreativitas siswa diadakan setahun sekali
oleh Radar Banyuwangi. Yang dikompetisikan antaranya lomba baca puisi, lomba
baca berita, story telling contest, student journalist, dan lomba mading tiga
dimensi. Berhubung hari pengiriman masih
lama, madingnya pun diikutkan ke acara tersebut tapi kemasan hilonya harus
ditutupi dan sebagian diganti dengan logo Radar Banyuwangi dan Honda.
Sekolahku mengikutkan tiga perwakilan untuk event tersebut
yaitu team madingku dengan madingnya, dan team journalist dengan susunan
beritanya, dan satu siswa untuk news angker. Dan Alhamdulillah, dapat juara
tapi tidak yang membawakan berita. Tapi yang penting sekolahku sudah dapat
juara umum #1 di kategori mading 3D dan juara #3 di kategori Student
Journalist. Bersukur lagi kami…
Kami mendapatkan tropi dan kali ini tropinya sangat bagus
dengan bahan marmer, sertifikat juara, dan gratis kursus di Desy Education.
Sangat bangga bisa mewakili sekolahku dan meraih juara. Tapi tidak selesai
disini, kami masih harus melepas penutup kemasan hilo dan mengganti logo Radar
dan Honda dengan logo Hilo teen lagi.
Sampailah saatnya madingku harus dikirim ke Surabaya tapi sebelumnya sudah kami perkuat lagi lem di sambuan-sambuanganya supaya saat pengiriman nanti tidak rusak. Menunggu hasil di sekolah kami berlima berdo’a supaya diberi kemenangan. Tak hanya kami saja yang berharap manang tapi juga guru-guruku yang sudah mendukung sejak awal.
Perasaanku berkata, sekian hari kami membuat mading itu,
sampai ngelembur, cari bahan kemana-mana, susah payah merangkai, kadang sampai
ga makan, itu tidak ada artinya sudah.. Cuma sampai disini rasa bangga ini. Ya
Tuhan…
Sedih sekali mendengar cerita kedua guru itu, syok rasanya.
Karya kami yang begitu susahnya kami buat demi ikut kompetisi gagal ikut
gara-gara jatuh. Tapi semua itu hanya bohong untuk memgerjai kami saja.
Ternyata mading kami menang sebagai juara #1 se Jawa Timur. Seketika ruang
kesiswaan mendadak ramai dengan tawa kegembiraan. Alfin yang tadinya sangat marah
berubah sangat bahagia begitu juga denganku yang hampir menangis.
Duh…. Seneng sekali jeri payahku bersama sahabat baikku bisa
mengharumkan nama sekolahku, rasa bangga terhadap diri dan sangat puas atas
yang dicapai. Tapi ketiga temanku belum tahu kabar gembira itu kami berdua pun
melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Bu Cucuk. Ketiga temanku
bereaksi berbeda-beda ada yang marah dan mehujat ada yang pasang wajah sedih
ada juga yang syok. Kena juga mereka kami kerjai dan setelah kami kerjai mereka
lompat-lompat kegirangan mendegar kabar baik bahwa madingnya dapat juara. Kami
memenangkan uang pembinaan sebesar Rp 10.000.000, piagam penghargaan serta
tropi.
Inilah buah dari kerja keras yang diawali dua siswa yang
tidak punya modal apa-apa untuk berkarya dibantu ke tiga temanya yang membentuk
satu team yang solid.
Inilah yang kupelajari, untuk berbuat sesuatu dimulai dari
niat dulu kemudian tindakan disertai doa. Yang mustahil menjadi mungkin bila
mau menjadikan yang mungkin itu menjadi nyata. Jangan malu untuk memulai
sesuatu dan jangan takut, Tuhan tidak tidur dan tidak menutup pendengaran. Niat
baik akan sesalu membuahkan yang baik pula. Dari situ aku belajar tidak ada
yang tidak mungkin di dunia ini kalo kita mau mewujudkanya, saling membantu
kesesama dan tetap sabar.

*****************************************************************************
Sebenarnya banyak di sekolahku siswa yang membanggakan yang ingin aku tulis kisahnya seperti Sulaiman sang pendekar Silat yang juara nasional, Si Cerdas Fitry Handayani, Si alim suaranya merdu Iqbal, dan yang lain-lain. Yang membawa inpirasi untuk orang disekitarnya.
Sebenarnya banyak di sekolahku siswa yang membanggakan yang ingin aku tulis kisahnya seperti Sulaiman sang pendekar Silat yang juara nasional, Si Cerdas Fitry Handayani, Si alim suaranya merdu Iqbal, dan yang lain-lain. Yang membawa inpirasi untuk orang disekitarnya.
keren :)
BalasHapusTerimakasih...
BalasHapusSemoga menginspirasi ya
Bahan batunya dari apa ya?
BalasHapus